Studinya Ungkap Motif Investor Hotel Berbintang di Surabaya, Sugito Adhi Dianugerahi Gelar Doktor Ilmu Manajemen STIESIA

SURABAYA (stiesia.ac.id)-Memiliki pengalaman malang melintang di dunia perhotelan, Sugito Adhi akhirnya menjadi doktor baru dalam ilmu manajemen. Beliau berhasil menjadi salah satu doktor ilmu manajemen yang dihasilkan Pendidikan Doktor Ilmu Manajemen (PDIM) STIESIA Surabaya pada Rabu, 18 September 2024.

Sugito Adhi yang saat ini menjabat sebagai general manager sebuah hotel berjaringan internasional berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Dinamika Investor Memilih Bisnis Hotel Berbintang di Kota Surabaya”.

Penelitian ini berangkat dari fenomena maraknya investor yang tetap memilih Kota Surabaya sebagai tempat berbisnis hotel berbintang meski persaingan yang semakin ketat.

Sebagaimana terungkap dalam disertasinya, Sugito menyampaikan data data kian meningkatnya kompetisi bisnis perhotelan di Surabaya, khususnya dalam 5 tahun terakhir. Hotel baru klasifikasi beragam terus bertambah. Mulai hotel kelas bintang 1, bintang 2, bintang 3, bahkan hingga bintang 5. “Hal ini menyebabkan tingkat hunian rata rata harian atau daily average occupancy rate (AOR) terus merosot,” papar Sugito dalam disertasinya.

Pada 2014, AOR tercatat 66,7 persen, tapi pada tahun lalu tercatat 58,7 persen.

Namun kondisi ini, menurut Sugito, tidak membuat investor dan operator berhenti menginvestasikan dananya untuk menggarap bisnis perhotelan di Kota Surabaya.

Mengutip data BPD Perhimpunan Hiburan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur tahun 2024, sejak 2016 hingga 2020, terdapat pertambahan 10 hotel terutama hotel bintang 2, 3 dan 4. Tentu saja dengan pertambahan ini terjadi pula peningkatan jumlah kamar sebanyak 2.602 kamar dari keseluruhan jenis bintang mulai bintang 2, 3 dan 4. Belum lagi kondisi pasca wabah Covid 19.

Ketatnya persaingan ini memunculkan perang tarif yang memrihatinkan. Sehingga BPD PHRI pun meminta agar Pemkot Surabaya memberlakukan moratorium penambahan hotel di Kota Pahlawan.

Namun faktanya yang menarik justru kondisi ini tidak memengaruhi para investor dan operator. Potret fakta inilah yang menarik diteliti.

Obyek atau informan utama penelitian adalah investor empat hotel di Surabaya. Pertama, Hotel MVS yang berada di Jl. Ahmad Yani. Hotel ini kategori bintang lima dan dioperasikan oleh jaringan internasional. Pemiliknya juga memiliki bisnis impor hasil tekstil nasional dan bisnis hotel di kota lain. Produk di hotel tersebut menggunakan bahan bahan dari usaha pemilik yang digunakan di usaha hotel.

Kedua, Hotel IBS yang berada di Jalan Diponegoro, Surabaya. Hotel ini kategori bintang 2 yang dioperasikan jaringan internasional. Pemilik hotel sudah menjalankan beberapa bisnia lain seperti kontraktor  dan agen perjalanan. Banyak tamu pemilik dari luar kota direferensikan menginap di hotel tersebut.

Ketiga, Hotel SPG. Berada di jalan Gubeng, hotel bintang 4 ini dikelola oleh operator nasional. Pemilik hotel memiliki perusahaan jasa manajemen keuangan dan akademisi bidang ekonomi. Pemiliknya sangat berperan dalam manajemen pengendalian keuangan mulai dari awal pembangunan hingga beroperasi saat ini. Pengalaman akademis diterapkan dalam bisnis hotel ini. Begitu pula di dalam hal pengendalian keuangan.

Keempat, Hotel SBI di Jalan Manyar Kertoarjo Surabaya. Hotel yang dikelola operator regional ini masuk kategori bintang 3. Pemiliknya memiliki properti besar di Surabaya. Pemiliknya sangat berperan besar  dalam memberikan masukan menu-menu makanan yang disajikan.

Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan metode penelitian fenomenologi transedental. Menurut Sugito, metode ini merupakan pendekatan filosofis dalam menyelidiki pengalaman investor hotel berbintang di Kota Surabaya.

Berdasarkan simpulan, bahwa latar belakang dan motivasi investor dalam memilih bisnis hotel berbintang di Surabaya dilandasi dorongan faktor tindakan rasional dan irasional yang melibatkan pihak keluarga, kerabat, rekan rekan bisnis. Di samping itu, keputusan untuk berinvestasi karena pengalaman bisnis sebelumnya yang didukung keahlilan, kemapanan financial, keinginan investasi jangka panjang, dan komunikasi yang baik dengan relasi bisnis secara umum.

Selain itu juga terungkap bahwa bisnis hotel berbintang memberikan dampak positif terhadap bisnis para investor lainnya. Seperti meningkatkan kepercayaan pelanggan, menaikkan reputasi, permudah jaringan pemasaran dengan promosi silang, jumlah pelanggan yang datang kembali dan semakin bertambah, sehingga meningkatkan pendaoatan baik di perusahaan yang sudah ada dan hotelnya.

 

Penulis                 : Septian Bagas R.P.

Penyunting          : Fathurrochman Al Aziz

Foto                       : Humas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *