Pendahuluan
Era digital membawa perubahan besar dalam sistem ekonomi global. Digitalisasi tidak hanya memengaruhi pola konsumsi masyarakat, tetapi juga mengubah model bisnis, struktur pasar, hingga kebijakan ekonomi. Menurut World Bank (2022), transformasi digital berpotensi meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan inklusif, terutama di negara berkembang. Meski demikian, disrupsi teknologi juga menghadirkan risiko ketidaksetaraan ekonomi dan tantangan regulasi.
Inklusi keuangan menjadi salah satu indikator penting pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Menurut Demirgüç-Kunt & Singer (2022), akses terhadap layanan keuangan formal berkorelasi erat dengan pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. OJK (2025) mencatat indeks inklusi keuangan Indonesia telah mencapai 84,3% pada tahun 2023. Namun, Suryani & Sitorus (2021) menunjukkan bahwa meski akses meningkat, tingkat pemanfaatan (financial usage) masih rendah akibat keterbatasan literasi keuangan dan hambatan infrastruktur. Di sinilah peran kecerdasan buatan (AI) mulai dianggap sebagai solusi transformasional.
Peran Transformasi Digital dalam Perekonomian
Transformasi digital mempercepat efisiensi dalam rantai pasok, memperluas akses pasar, dan menciptakan peluang baru melalui e-commerce, fintech, hingga ekonomi berbasis data. Sebagai contoh, McKinsey (2023) menyebut bahwa digitalisasi dapat menambah nilai ekonomi global hingga USD 2,5 triliun pada tahun 2030. Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (2023) mencatat ekonomi digital nasional sudah mencapai Rp 1.000 triliun, didorong oleh transaksi e-commerce, layanan digital finansial, dan logistik. Dari berbagai sektor, ada empat peluang utama yang bisa dioptimalkan dalam ekonomi digital Indonesia, yaitu:
- Pertumbuhan e-commerce: Menurut Google, Temasek & Bain & Company (2023), ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh hingga USD 130 miliar pada 2025, menjadikannya pasar terbesar di Asia Tenggara.
- Fintech dan inklusi keuangan: Fintech mempermudah akses masyarakat pada layanan keuangan, yang sebelumnya terbatas pada bank konvensional.
- Ekonomi kreatif digital: Konten digital, aplikasi, dan game menjadi sektor dengan pertumbuhan cepat.
Lapangan kerja baru: PwC (2021) menyebut transformasi digital akan menciptakan jutaan lapangan kerja berbasis keterampilan digital.
Tantangan dalam Ekonomi Digital
Meski memiliki peluang besar, tantangan ternyata juga signifikan. OECD (2022) menegaskan bahwa digitalisasi memperlebar kesenjangan antara pekerja berkeahlian tinggi dan rendah. Selain itu, keamanan cyber menjadi isu utama: laporan Cybersecurity Ventures (2022) memperkirakan kerugian akibat kejahatan siber global dapat mencapai USD 10,5 triliun per tahun pada 2025. Selain itu, literasi digital masyarakat masih menjadi hambatan. Di luar itu, literasi digital juga masih menjadi hambatan. Survei Katadata Insight Center (2023) menunjukkan sekitar 40% masyarakat Indonesia masih rendah pemahamannya terkait keamanan data.”
AI mampu mengubah paradigma inklusi keuangan dengan memanfaatkan big data untuk menilai kelayakan kredit dan mengurangi biaya layanan. Menurut Chen et al. (2020), algoritma pembelajaran mesin dapat menilai risiko kredit dengan akurasi lebih tinggi dibanding metode tradisional, bahkan menggunakan data non-keuangan seperti penggunaan ponsel. WEF (2025) juga mencatat bahwa “AI di sektor perbankan Indonesia telah membantu mengurangi tingkat penipuan transaksi digital secara signifikan.”. Selain itu, Prasad & Tiwari (2022) menekankan bahwa AI dapat meningkatkan personalisasi produk keuangan sesuai profil konsumen, sehingga layanan menjadi lebih relevan dan inklusif.
Strategi dan Rekomendasi
- Penguatan regulasi dan tata kelola digital agar melindungi konsumen sekaligus mendorong inovasi.
- Investasi pada pendidikan dan literasi digital guna mempersiapkan tenaga kerja masa depan.
- Kolaborasi pemerintah, swasta, dan akademisi dalam membangun ekosistem digital yang berkelanjutan.
- Fokus pada keamanan siber sebagai fondasi kepercayaan dalam transaksi digital.
Kebijakan & Tata Kelola
Pada April 2025, OJK meluncurkan Tata Kelola Kecerdasan Artifisial Perbankan Indonesia untuk memastikan AI digunakan sesuai prinsip transparansi dan fairness (OJK, 2025). Sejalan dengan itu, World Bank (2022) merekomendasikan tata kelola AI yang menyeimbangkan inovasi dengan perlindungan konsumen. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan penetrasi layanan digital ke >90% populasi pada 2030 (Warta Ekonomi, 2025).
Ke depan, AI akan semakin terintegrasi dengan teknologi lain. Dwivedi et al. (2021) memprediksi bahwa kombinasi AI dengan blockchain dapat menciptakan sistem identitas digital yang lebih aman. ScienceDirect (2025) juga menyatakan bahwa “adopsi teknologi keuangan cerdas berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, terutama dengan meningkatkan partisipasi masyarakat yang sebelumnya terpinggirkan.”
Kesimpulan
Transformasi digital telah membuka peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi, namun juga menimbulkan tantangan serius. Upaya kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat penting agar digitalisasi berjalan inklusif, adil, dan berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi salah satu kekuatan utama dalam peta ekonomi digital dunia.
Daftar Pustaka
Chen, M., Zhang, Y., & Ma, Y. (2020). Machine learning for credit risk evaluation: A survey. Computational Economics, 55(1), 1–27.
Cybersecurity Ventures. (2022). Cybercrime To Cost The World $10.5 Trillion Annually By 2025. Retrieved from https://cybersecurityventures.com
Demirgüç-Kunt, A., & Singer, D. (2022). Financial inclusion and inclusive growth: A review of recent empirical evidence. World Bank Policy Research Working Paper.
Dwivedi, Y. K., Hughes, L., et al. (2021). Artificial Intelligence (AI): Multidisciplinary perspectives on emerging challenges, opportunities, and agenda for research, practice, and policy. International Journal of Information Management, 57, 101994.
Google, Temasek, & Bain & Company. (2023). e-Conomy SEA 2023: Reaching new heights despite headwinds. Retrieved from https://economysea.withgoogle.com
Katadata Insight Center. (2023). Survei Literasi Digital Indonesia 2023. Jakarta: Katadata.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2023). Laporan Ekonomi Digital Indonesia 2023. Jakarta: Kominfo.
McKinsey & Company. (2023). The economic potential of digital transformation. McKinsey Global Institute.
OECD. (2022). Digital Transformation and the Future of Work. Paris: OECD Publishing.
OJK. (2025). Peluncuran Tata Kelola Kecerdasan Artifisial Perbankan Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan.
Prasad, S., & Tiwari, R. (2022). AI in banking and financial services: A customer experience perspective. Journal of Financial Services Marketing, 27(2), 65–75.
PwC. (2021). The Future of Work: A Journey to 2030. London: PricewaterhouseCoopers.
Suryani, N., & Sitorus, J. (2021). The gap between financial access and financial usage in Indonesia. Indonesian Journal of Economics and Development, 21(3), 145–162.
ScienceDirect. (2025). Financial inclusion, technologies, and worldwide economic outcomes. Journal of Finance and Economics, 9(1), 45–59.
Warta Ekonomi. (2025). AI jadi kunci inklusi keuangan, pemerintah dorong akselerasi teknologi digital.
World Bank. (2022). Digital Transformation for Inclusive Growth. Washington, DC: World Bank.
World Economic Forum (WEF). (2025). How the rise of AI in Indonesia is expanding financial inclusion.